Baru-baru
ini sedang punya kebiasaan baru, memperhatikan watak dan perilaku orang-orang
di sekitar, terutama teman-teman dekat. Entahlah tanpa sadar ternyata saya
punya teman dalam hal ini, suka memperhatikan bagaimana cara orang lain
berbicara dan lainnya. Belakangan ini saya sudah mulai memahami emosi dari
teman-teman dekat yang ternyata dia tidak suka A, yang ini tidak suka B dan
lainnya.. Bagaimana saya ternyata sering diam-diam memperhatikan seorang teman
yang lebih suka menahan amarahnya sendiri daripada membaginya dengan orang lain
dengan cara bercerita tentang masalahnya.
Setelah
itu saya pun selalu berpikir mengenai perilaku dan sikap, masih kebanyakan
berpikir tentang bagaimana tanggapan orang lain terhadap saya, padahal peduli
apa kata orang jika hal itu tidak berpengaruh dengan kemajuan hidup kita ya
abaikanlah saja. Kalau itu tidak membantu untuk kemajuan hidup saya ya peduli
amat, tapi ternyata komunikasi dan apa yang kita lakukan sehari-hari menuntut
kita untuk melakukannay secara timbal balik, kedua belah pihak harus setidaknya
memperoleh keuntungan. Kemarin baru saja baca dari buku Psikologi Komunikasi,
katanya yang membentuk kepribadian seseorang itu bukan lingkungan, tetapi
bagaimana orang tersebut menafsirkan pesan yang disampaikan orang lain
kepadanya dan bagaimana ia menyampaikan perasaannya kepada orang lain, begitu
yang saya baca dari buku Psikologi Komunikasi yang ditulis oleh Bapak Jalaludin
Rakhmat. Bisa saya contohkan dengan saya yang misalnya menunjukkan wajah yang
ramah dan tersenyu manis pada teman-teman saya, itu dapat diartikan sebagai
tanda bahwa saya menyukai teman-teman saya, namun wajah dengan ekspresi
tersebut pun bisa menghadirkan makna yang berbeda jika yang memahaminya adalah
orang yang mungkin kurang menyukai saya, bisa jadi hal tersebut dipandang bahwa
saya sedang mencari perhatian. Bisa saja, bukan?
Mungkin
teman-teman di semester 3 ini sebagian besar masih orang-orang yang sama dengan
semester lalu setidaknya saya sudah paham mereka apa dan bagaimana, apa yang
boleh dan tidak boleh lagi untuk dilakukan. Kepribadian saya, dan mereka
terbentuk sepanjang hidup. Setiap hari saya sering berpikir apakah semakin
bertambahnya usia memang kita semakin perlu untuk memperhatikan hal-hal semacam
ini?. Adalah mengenai sebab dan akibat, yaitu jika X maka Y, jika saya berbuat
ini maka yang ditimbulkan akibatnya adalah itu. Kurang lebih begitu, ternyata
saya pun diperhatikan orang lain, saya pun memperhatikan orang lain. Lagi-lagi
tentang bagaimana mengontrol dan mengendalikan emosi masing-masing agar tetap
stabil. Seringkali banyak orang yang membutuhkan teman untuk berbagi tanpa
membutuhkan solusi, karena memang mereka lebihhh membutuhkan untuk didengar
daripada dibantu.
Terlalu
banyak memendam sesuatu sendirian bisa saja membuat kamu gila, berakhir dengan
air mata dan kacau. Itulah mengapa manusis perlu berkomunikasi, karena
komunikasi adalah kebutuhan. Tadi, diberikan kuis dengan pertanyaan : APakah
perlu menjalin hubungan baik dengan sesama mahasiswa? Jawabannya adalah sangat
perlu, meamangnya kita bisa hiduo sendiri tanpa bantuan dari mereka? Kelak suatu
saat, perlahan tapi pasti, cepat atau lambat, kita akan memerlukan teman yang
membantu kita, jika kita menjalin hubungan baik tentu saja kita akan memeiliki
banyak kemudahan. Sebut saja kelak jika kita sudah sama-sama sukses, teman-teman
tersebut bisa menjadi akses, link atau membantu kita dalam misalnya urusan
pekerjaan, bisnis, promosi dan lainnya. Atau kita tidak mau kan sepanjang masa
dikenang dengan image tidak baik? Simbiosis mutualisme.
Kemudian,
mungkin timbul banyak persepsi dari orang-orang di sekitar saya mengenai apa
yang saya lakukan, misalnya saya melakukan A, dan sekitar saya bisa memberikan
banyak makna, persepsi yang ditimbulkan atau yang dihasilkan bisa menajdi
banyak sekali. Karena ada banyak orang yang memperhatikan jadi mungkin kita harus
berpikir berkali-kali sebelum bertingkah dan berbicara, tak apa, tetaplah jadi
diri sendiri. Ibarat kata ada yang nyinyir, toh itu hak mereka. Hidup ini bebas
berkespresi bukan? Tapi jangan berani berkata bebas jika kebebasan yang katanya
digembor-gemborkan amsih dibatasi pula oleh kebeasan orang lain, jangan
menuntut hak kita jika masih saja hak kita dibatasi orang lain. Mengutarakan
apa yang dirasa pun akan menjadi salah jika kita salah menempatkannya.
Pada
akhirnya untuk segala asumsi ini, suka atau tidak suka kita hanya harus
memaklumi dan menerima. Orang lain terhadap saya dan saya terhadap orang lain,
karena saya tidak hidup sendiri dan semuanay tidak dapat saya atur sesuai kemauan
saya, begitulah kehidupan saat ini mungkin. Lalu terlepas dari tulisan ini,
bagaimana tanggapan kalian itu terserah pada tanggapan masing-masing, saya boleh
berasumsi dan kalian juga. Stay positive! Stay be a nice person!